Mempelajari
ilmu agama adalah hal yang sangat mulia dan dicintai Allah.
Karena dengan mempelajari dan memahami kandungan ajaran Islam, kita bisa
mengerti, misalnya mana ibadah yang dianjurkan dan mana ibadah yang tidak
dianjurkan, mana ibadah yang diprioritaskan, dan berbagai macam tuntunan untuk
meniti hidup di dunia ini sampai akhir hayat..
Tentu
setiap kita menginginkan kebaikan. Namun, terkadang kebaikan tersebut
ukurannya bermacam-macam. Ada yang mengartikan kebaikan dengan berlimpahnya
harta, kedudukan terhormat di masyarakat, jabatan yang tinggi, keluarga yang
bahagia, atau yang lainnya. Mengenai hal ini, sebenarnya Allah telah menetapkan
standar kebaikan bagi manusia, melalui lisan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa dikehendaki oleh ALLAH kebaikan,
pasti akan difahamkan dengan agama ini” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ya,
tidak terhitung kebaikan yang akan kita peroleh ketika kita faham akan agama
ini. Karena dengan menggunakan waktu kita untuk mempelajari ilmu syar’i dalam
rangka tafaqquh fiddin, maka akan banyak ilmu yang masuk ke dalam diri kita,
yang itu akan mengubah cara pandang kita dalam beragama, akan mengarahkan
bagaimana kita berpikir dan bersikap, akan memandu kita selama menjalani
kehidupan di dunia ini. Dengan memahami Islam sebagaimana pemahamannya Nabi dan
para shahabat, akan menjadikan keIslaman kita tidak hanya sekedar ikut-ikutan
karena sudah menjadi tradisi, yang itu kadang jauh dari tuntunan Islam itu
sendiri. Sungguh, kebaikan yang tiada bandingannya..
Maka
di sinilah kita tahu pentingnya memiliki semangat mempelajari Islam, untuk
kemudian mengamalkannya. Dan merupakan satu kebaikan yang Allah karuniakan
kepada kita, tatkala kita cinta dan merasakan lezatnya menimba ilmu syar’i,
sehingga kita bisa berjalan sesuai dengan yang diajarkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al
Fath"
“Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang hak” (alQuran | al Fath: 28)
Yang
dimaksud dengan membawa petunjuk dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat,
sedangkan agama yang hak maksudnya adalah amal shalih.
Keutamaan
dari ilmu ini juga ditunjukkan ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan
kepada Nabinya untuk selalu meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam surat
Thaa haa:
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan” (alQuran | Thaa haa: 114)
Dalam
menjelaskan ayat ini Ibnu Hajar menyampaikan: “Sangat jelas sekali bahwa ayat
ini menunjukkan keutamaan ilmu, karena Allah memerintahkan kepada Nabinya agar
selalu berdo’a dan meminta di tambahkan ilmu.” [Fathul Baari 1/187].
Kehidupan
dunia adalah lahan untuk beramal dan beribadah. Dalam menjalankan aktivitas
kehidupan dunia ini, tentu ada harapan yang kita idam-idamkan –dan ini harapan
setiap muslim- bahwa amalan dan ibadah yang kita kerjakan, diterima Allah.
Karena konsekuensi dari amal yang benar adalah terhindar dari sengatan api
neraka. Maka dengan panduan ilmu dan kecintaan untuk thalabul ilmu adalah penting
sebagai bagian dalam menjalankan ritme kehidupan dunia. Dengan cahaya ilmu
itulah, terlihat jelas jalan yang harus kita lalui, yang akan membimbing kita
selalu konsisten di jalan ilmu tersebut dan membimbing kita menempuh jalan
keselamatan di dunia dan akhirat.
Terdapat
tiga kelompok manusia dalam hal ilmu dan amal:
Pertama,
adalah kelompok orang yang menggabungkan antara ilmu yang diketahuinya lalu
dibarengi dengan amal. Inilah kelompok yang diberi keberuntungan, karena bisa
memadukan antara ilmu dan amal. Mereka bisa merasakan lezatnya menimba ilmu dan
bersemangat dalam mengamalkannya.
Kedua,
golongan orang-orang yang mencari ilmu dan mempelajarinya, tapi tidak diiringi
dengan amalan. Mereka hanya sekedar mencari ilmu saja. Secara teori banyak
mengerti dan faham, tapi dalam mengamalkan ilmu, kosong. Tipe
seperti ini disebut dengan al Maghduub (orang yang di murkai), sebagaimana
orang-orang dari kalangan yahudi dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.
Ketiga,
ialah golongan yang beramal tanpa dilandasi oleh ilmu. Mereka adalah orang yang
sesat dari kalangan nasrani dan orang yang mengikuti mereka.
Tiga
golongan yang disebut di atas termaktub dalam surat Al Fatihah, yang selalu
kita baca dalam shalat:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka. Bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”
(alQuran | Al Fatihah: 6-7)
Dari
ayat yang sering kita baca tersebut, memberikan pedoman supaya kita berjalan
dengan orang-orang yang punya ilmu dan mengamalkan ilmu yang sudah
diketahuinya. Bukan orang-orang yang punya ilmu saja dan mengabaikan amal, atau
orang yang beramal tanpa landasan ilmu. Dan ilmu yang memberi manfaat kepada
orang yang mengerti dan mengamalkannya adalah ilmu yang bersumber dari Al Quran
dan Sunnah.
Penting
untuk kita ketahui, bahwa kewajiban kita, seorang muslim, dalam mempelajari
ilmu syar’i adalah agar ibadah yang kita kerjakan, sesuai dengan apa yang
diinginkan Allah dan rasul-Nya. Setiap hal yang menyangkut kehidupan kita,
entah itu mengenai makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita kenakan, harta
yang kita peroleh, atau yang lainnya, kita bisa mengetahui itu halal atau
haram, yang itu dibolehkan yang ini tidak, dengan jalan mempelajari ilmu
syar’i. Jalan inilah yang akan memberikan kita kebaikan, mendapatkan kehidupan
yang berkah dan kebahagiaan yang abadi di surga-Nya kelak.
Sudah
seharusnya kita melihat bagaimana para ulama menjalani kehidupan yang penuh
berkah dengan mengarungi samudra ilmu yang begitu luas tak bertepi. Mereka
adalah hamba-hamba Allah yang memiliki rasa takut kepada Allah yang begitu
besar, karena kedalaman ilmu mereka. Bahkan Allah meninggikan derajat orang-orang
seperti mereka, yang menaruh perhatian sangat besar terhadap ilmu, dalam
firman-Nya:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (alQuran | Al
Mujaadilah: 11)
Semoga
kita diberikan kesanggupan dan kelezatan dalam menyelami lautan ilmu Islam yang
begitu luas dan begitu dalam. Semoga kita bisa merasakan lezatnya mengamalkan
ilmu, merasakan kebahagiaan dan ketentraman hati, serta diliputi rasa syukur
kepada-Nya. Semoga kita dimudahkan untuk menyampaikan dan mendakwahkan ilmu
yang sudah kita ketahui kepada siapa saja..
Wallahu
a’lam..