Keindahan Akhlaq

Salah satu cara orang liberal-sekuler-humanis “membunuh agama” adalah dengan mempopulerkan statement: “It’s better to be moralist rather than religious” (“Lebih baik bermoral daripada religius”).

Di Barat, agama memang pernah menjadi sumber fundamentalisme dan kekerasan, sementara di negeri-negeri Islam tidaklah demikian. Agar bisa diberi cap (label) yang sama, agama direkayasa agar melakukan kekerasan (terrorism).  Inilah misinya..

Caranya, agama dihancurkan dari ‘konsep dasar’ nya..

Salah satunya adalah dengan mendistorsi ‘makna akhlaq’. Yang sekuler berupaya mensekulerkan maknanya: “berakhlaq = bermoral”. Sedangkan yang liberal dan humanis berusaha “menghapus konsep” nya..

Akhlaq adalah kata jama’ dari kata khulq. Akar katanya serumpun dengan khalaqa (menciptakan). Artinya adalah sifat jiwa yang melekat dalam diri seseorang sesuai dengan asal mula diciptakannya karena jiwa manusia diciptakan ALLAH dengan fitrah-Nya. Jadi, ber-akhlaq adalah berfikir, berkehendak dan berplerilaku sesuai dengan fitrah/nurani (fitrah adalah tendensi jiwa yang beriman, jadi syarat utama berakhlaq adalah beriman (berakidah benar/haq) secara spiritual (iman) sekaligus secara sosial). Agar fitrah manusia itu sempurna maka ALLAH menurunkan Al Qur’an. Dengan panduan (guideline) Al Qur’an, fitrah manusia akan berkembang sempurna..

Berbeda dengan akhlaq, istilah “moral” dalam Oxford English Dictionary dan kamus lainnya diartikan sebagai perilaku baik-buruk manusia. Prinsipnya disebut etika atau filsafat moral (hukum moral). Semuanya termasuk konsep baik-buruk bersumber dari kesepakatan manusia (human convention) semata-mata yang berasal dari “kebiasaan sosial”. Makna moral dan etika menjadi longgar karena defenisi bermoral artinya berperilaku sesuai dengan “aturan masyarakat”, yang belum tentu bersifat Ilahi (religius)..

Akhlaq juga diganti dengan istilah “karakter” (Yunani: kharakter), dimana character diartikan sebagai ciri yang membedakan seseorang karena “kekuatan moral (reputasi)”. Tapi, character juga dimaknai sebagai sifat yang dimainkan seorang aktor (actor) dalam sebuah sandiwara, drama atau seni peran (lakon). Berkarakter baik bisa diartikan sebagai ber”peran” baik. Jadi, bukan sifat yang melekat erat dalam identitas diri. Bukan dorongan jiwa tapi dorongan masyarakat. Mungkin nampak sangat manusiawi, tapi belum tentu berdimensi Ilahi..

Al Qur’an menegaskan jika suatu bangsa itu bertaqwa maka akan diturunkan berkah dari langit, dan jika tidak lagi berakhlaq maka pasti dihancurkan oleh ALLAH. Jadi sesungguhnya bangsa ini sedang dihancurkan..bukan oleh kekuatan militer, tapi oleh upaya penghancuran akhlaq pemimpinnya, anak mudanya, anggota DPR-nya, hakim-hakimnya dan lain-lain..Intinya, apapun yang menodai dan menistakan konsep ajaran ALLAH bukanlah cara yang berakhlaq..