Kecerdasan Qurani (Quranic Quotient)



Al Quran adalah petunjuk hidup atau hudan yang diturunkan ALLAH SWT untuk manusia. Sebagai petunjuk kehidupan, ALLAH SWT tidak membatasi Al Quran sebagai petunjuk peribadatan saja. Al Quran tidak hanya mengandung ayat-ayat hukum tentang halal, haram, makruh, atau mubah.

Ketika pertama kali diturunkan, yakni surah al-Alaq (1-5), Al Quran justru meletakkan sebuah dasar yang amat penting bagi kehidupan manusia, yaitu ilmu pengetahuan. Membaca adalah langkah menuju ditemukannya ilmu pengetahuan, dan itulah perintah yang diturunkan ALLAH SWT melalui wahyu yang pertama turun.

Dalam ayat pertama itu sekaligus terkandung petunjuk bagaimana manusia harus membaca, yakni iqra' bismi rabbika alladziy khalaq, bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta. Maknanya, dalam membaca objek bacaan apa saja, hendaknya berpijak pada tuntunan ALLAH SWT, bukan berdasarkan pikiran manusia belaka.

Masih dalam wahyu pertama turun itu, Alquran telah memberi isyarat objek bacaan yang amat penting, yaitu penciptaan manusia (khalaqa al min 'alaq), ALLAH SWT mencipta manusia dari segumpal darah. Bagaimana kejelasannya lebih lanjut, maka manusia dipersilakan oleh Sang Maha Pencipta untuk membacanya (menelitinya) lebih jauh sehingga manusia menemukan ilmu pengetahuan tentang embriologi. Demikian sekadar sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa Al Quran petunjuk kehidupan manusia yang perlu terus digali kandungan maknanya.

Jika Al Quran terus digali kandungan maknanya dan tidak hanya dibatasi atau berhenti pada masalah-masalah diniah (keagamaan) atau ubudiah (peribadatan) saja, maka Al Quran potensial membuat umat Islam menjadi cerdas dalam memahami dan menyikapi persoalan apa saja dalam kehidupan ini. Jika kemampuan itu dimiliki, itulah yang dinamakan sebagai kecerdasan Qurani (Quranic quotient).

“Kecerdasan Qurani (Quranic Quotient) adalah kemampuan untuk memahami dan menyikapi sesuatu hal (keadaan, masalah) dengan perspektif Alquran”.

Umat Islam akan bisa hidup benar-benar sesuai dengan tuntunan Al Quran dalam menghadapi kemajuan zaman seperti apa pun bila memiliki dan menggunakan kecerdasan Qurani ini. Hanya saja, kenyataan menunjukkan bahwa dewasa ini umat Islam sendiri masih sangat awam dan kebanyakan jauh dari Alquran.

Dengan kenyataan tersebut, umat Islam harus digalakkan terus untuk dekat dengan Al Quran dan dibimbing untuk bisa membacanya dengan baik dan memahami kandungan isinya. Sebab, itulah dasar bagi dibangunnya kecerdasan Qurani itu.

Konklusi yang kita ambil dari pemikiran ini ialah pentingnya dibangun dan ditumbuhkan kecerdasan Qurani itu. Kecerdasan Qurani harus dimulai sejak dini, yakni sejak anak-anak hingga terus berkelanjutan tanpa henti.

Seharusnyalah umat Islam, tersentak dengan pertanyaan ALLAH SWT melalui surah Muhammad ayat 24 ini. “Apakah mereka tidak mentadabur Alquran, ataukah hati mereka telah tertutup?” Jangan sampai kita menjadi orang yang tertutup hatinya sehingga tidak mau mentadabur Alquran. Padahal, tanpa tadabur Alquran kita tidak mungkin memahami Al Quran dan tidak memiliki kecerdasan Qurani.

(“Tadabur artinya memahami dan merenungkan makna untuk kemudian menjadikannya sebagai pelajaran”. Alam sangat sarat dengan tanda-tanda kekuasaan, kebesaran, dan keagungan ALLAH SWT. Tadabur ayat menjadi lengkap dan seimbang (balance) jika disertai dengan tadabur alam. Tadabur ayat dan tadabur alam sama-sama bernilai ibadah.

Tadabur ayat mengantarkan kita pada pemahaman dan pemaknaan teks kitab suci, sedangkan tadabur alam membimbing kita untuk mengerti konteks, hukum-hukum kausalitas, dan hidup harmoni kepada alam raya. Tadabur ayat dan alam mengharuskan kita bersikap rendah hati terhadap keagungan Ilahi. Keduanya memotivasi kita untuk selalu membaca, meneliti, memahami, dan mengaktualisasikan diri kita menjadi hamba yang pandai bersyukur.

Kita baru layak disebut hamba yang pandai bersyukur, jika selalu melakukan tadabur ayat-ayat Quraniah  sekaligus ayat-ayat kauniyyah (alam) secara terpadu (integral) dan seimbang (balance). Merasakan dan memahami kebesaran ALLAH SWT tidak cukup melalui ibadah ritual seperti shalat, tapi harus pula melalui penelitian dan merenungi terhadap aneka ciptaan ALLAH SWT di alam raya ini.

Integrasi pemahaman ayat-ayat Quraniah dan ayat-ayat kauniyyah idealnya merupakan basis pengembangan imtak (iman dan takwa) dan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni). Karena itu, setiap Muslim harus meyakini bahwa semua ciptaan ALLAH SWT di alam raya ini dapat menjadi "laboratorium hidup" bagi kita semua. Al Qur’an menyuruh kita berfikir agar menjadi cerdas.)