“Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka
dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Al Qur'an | Hud:15-16)
Ada
yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuannya untuk memperlancar rizki
dan karir serta mudah mendapatkan jodoh. Begitu pula ada yang rajin bangun di
tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah untuk duniawi semata. Semua yang dilakukan memang suatu
amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati tidak ikhlas karena ALLAH, namun
hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian,
mereka bisa termasuk orang-orang yang sebagaimana disebutkan diatas.
Yang
dimaksud dengan “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia” yaitu
barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.
Yang
dimaksud “perhiasan dunia” adalah harta dan anak.
Mereka
yang beramal seperti ini: “niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”,
maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua
diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan
membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka.
Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun, yaitu dunia yang diberikan kepada
mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang
mereka cari seutuhnya (sempurna).
Dunia,
mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi
seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat.
Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan ALLAH pun tidak akan mengurangi hal
tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat?
Orang-orang
seperti ini juga dikatakan: “lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. Ini semua
dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan
ridho ALLAH sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka.
Sungguh
betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak
sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan
dunia, memperlancar rizki, karir, jodoh, umur panjang, dan lain sebagainya..
Lihatlah
firman ALLAH selanjutnya (yang artinya), “Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka”. Inilah akibat orang yang hanya
beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan
memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat.
Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya.
ALLAH
Ta’ala berfirman,
“Dan barangsiapa yang menghendaki
kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia
adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan
baik” (Al Qur'an | Al
Israa’: 19)
Sesungguhnya
orang yang riya’ hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka
lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.. Barangsiapa yang
melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan
dunia, maka ALLAH akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya
akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia.
Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi..
Barangsiapa
dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan
sholehnya, maka ALLAH akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika
di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan
untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlas dalam beribadah (yang hanya ingin
mengharapkan wajah ALLAH), dia akan mendapatkan balasan di dunia dan juga dia
akan mendapatkan balasan di akhirat..
Ada
amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim
dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki
dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim (hubungan antar
kerabat)” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Jika
seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan dunia
saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah
terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan
balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlas, maka
ini tidak mengapa..
Hanya
Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat
Namun
bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah
ALLAH? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.
ALLAH
Ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang menghendaki
keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa
yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” (Al Qur'an | Asy Syuraa: 20)
Barangsiapa
yang mencari keuntungan di akhirat, maka ALLAH akan menambahkan keuntungan itu
baginya, yaitu ALLAH akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat
yang dia harapkan. ALLAH pun akan menambahkan nikmat padanya dengan ALLAH balas
setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan
yang begitu banyak sesuai dengan kehendak ALLAH.
Namun
jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai
akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan ALLAH beri dan dunia pun
akan diberi sesuai dengan yang ALLAH kehendaki. Dan jika ALLAH kehendaki, dunia
dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa
senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap
seluruhnya dari dirinya.
Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan
Dunia
Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah hamba dinar, dirham,
qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi,
dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa”
(HR.
Bukhari)
Qothifah
adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah
pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah.
Kenapa
dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang
disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi,
bukan untuk mengharap wajah ALLAH. Demikianlah sehingga mereka disebut hamba
dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap
wajah ALLAH semata, mereka itulah yang disebut hamba ALLAH (sejati).
Di
antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin
menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
selanjutnya: “Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun
tidak ridho (murka), dia akan celaka dan kembali binasa”. Hal ini juga yang
dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana dalam firman ALLAH,
"Dan di antara mereka ada orang
yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari
padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah”
(Al
Qur'an | At Taubah: 58)
Itulah
tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia
diberi kenikmatan dunia, dia ridho. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak
kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya seraya berujar, “Sudah
sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.”
Inilah tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan sholehnya.
Adapun
seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak
diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan
untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan
mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho
jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena
yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan
untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap
pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan
balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia.
Akan
tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa
ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya..
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan suatu pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, “Berikan
saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku.
Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.” Umar pun
tetap mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin)
dariku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ambillah harta
tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia
dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta
tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya keinginan
sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sekali
lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan
sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai
ALLAH dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan
sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho.
Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena
mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang
tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh.
Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba
dirham dan hamba pakaian.
Beragamnya Niat dan Amalan Untuk
Menggapai Dunia
Niat
seseorang ketika beramal ada beberapa macam:
[Pertama]
Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama
sekali tidak punya keinginan mengharap wajah ALLAH dan kehidupan akhirat, maka
orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun.
Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang
mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan
wajah ALLAH dan negeri akhirat.
[Kedua]
Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah ALLAH dan untuk mendapatkan
dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka
semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai
memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna.
[Ketiga]
Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah
ALLAH semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia
ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu
mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong
agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak mengapa
mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan
ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak
awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan
upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong
dia dalam beramal dan beragama.
Adapun
amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam:
[Pertama]
Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang
melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini
tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.
Misalnya:
Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti
dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki.
Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa
dengan melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki.
[Kedua]
Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim
dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali
silaturrahim (hubungan antar kerabat)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika
seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan
dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya
telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap
mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan
ikhlash, maka ini tidak mengapa.
Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk
Meraih Dunia dengan Riya’
Syaikh
Muhammad At Tamimi membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab
“Termasuk kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari dunia”.
Riya’
dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan
terlihat begitu samar karena tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun,
Keduanya termasuk amalan kepada selain ALLAH Ta’ala. Ini berarti keduanya
termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi (syirik yang samar).
Keduanya
memiliki peredaan. Riya’ adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin
tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak
melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya
dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki
yang lancar dan lainnya.
Tetapi
perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk mencari
dunia lebih nampak hasilnya daripada riya’. Alasannya, kalau seseorang
melakukan amalan dengan riya’, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-apa. Namun,
untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi,
keduanya tetap saja termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan
ALLAH Ta’ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik dalam niat maupun tujuan. Jadi
kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari
sisi yang lain.
Ikhlas Beramal
Sebenarnya
jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah ALLAH dan
ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia
cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang selalu
menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia akan mendapatkan dunia tetapi
sekadar yang ALLAH takdirkan saja.
Semoga
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua,
"Barangsiapa yang niatnya
adalah untuk menggapai akhirat, maka ALLAH akan memberikan kecukupan dalam
hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan
dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk
menggapai dunia, maka ALLAH akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan
mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah
ditetapkan baginya”
(HR. Tirmidzi)
Ikhlas
Sedekah
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada ALLAH dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan, dan ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir”
(Al
Qur’an | Al Baqarah [2]:264)
Marilah
saudaraku, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah
semua amalan hanya untuk menggapai ridho ALLAH. Janganlah niatkan setiap amalan
kita hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah amalan tersebut
pada ALLAH, niscaya dunia juga akan kita raih. Yakinlah hal ini..
Semoga
ALLAH selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga ALLAH
memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.