By:
Salama Abdul Hadi, Phd
Teori
penciptaan dalam Islam adalah kepercayaan bahwa alam semesta (termasuk umat
manusia dan semua makhluk yang lain) tidak hanya yang diciptakan oleh ALLAH,
tetapi juga dijalankan oleh ALLAH dalam setiap waktu, sebagaimana dijelaskan
ALLAH dalam ayat berikut, "Berkata Firaun, ‘Maka siapakah Tuhanmu berdua,
hai Musa?’ Musa berkata, ‘Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk’’ (Thaha:
49-50)
Inilah
teori penciptaan dalam Islam. ALLAH adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia
mengendalikan alam semesta menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang
spesifik.
Umat
Islam meyakini setiap kata dari Al-Qur’an. Menurut banyak bukti yang sempurna, Al-Qur’an
adalah kitab mukjizat yang benar-benar diwahyukan kepada Muhammad selama 23
tahun misinya dan terjaga dalam keadaan seperti ia diwahyukan hingga hari ini.
Tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada Al-Qur’an, sebagaimana
Islam lahir dalam keadaan jelas dari sisi sejarah, dan kekuatannya tidak pernah
surut. Bahasa Al-Qur’an, yaitu bahasa Arab, tetap digunakan oleh lebih dari 500
juga, dan digunakan lebih dari 14 abad yang lalu. Lebih dari 1500 juta orang
tetap memeluk agama Islam, dan ribuan pengikut baru bergabung di dalamnya
setiap hari.
Hikmah
logis dari setiap ayat dalam Al-Qur’an ditemukan secara luar biasa, dan itu
menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak mungkin dihasilkan oleh seorang Arab Badui
seperti Muhammad, atau sekelompok ilmuwan. Dalam buku yang terkenal tentang 100
orang yang paling berpengaruh pada sejarah, Michael Hart menemukan Muhammad
sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap pemikiran manusia sejarah.
Hidupnya adalah model ketaatan terhadap Al-Qur’an.
Ada
banyak ayat dalam Al-Qur’an yang oleh para ilmuwan modern ditafsirkan sejalan
dengan modern, seperti bentuk bulat bumi [39:5], tahap perkembangan janin di
dalam rahim [39:12-16], perluasan alam semesta [51:47], Big Bang [21:30] dan
teori Big Crunch [21:104], siklus elemen di bumi yang seimbang [15-19], proses
fotosintesis tanaman [36:80], pembentukan awan [24:43] dan fungsi angin [30:48,
15:22], dan lain-lain. Demikian pula, ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang
menjelaskan masalah-masalah para ahli geografi [30:3], sejarah [28:38], geologi
[35:27, 78:7], astronomi [6:97, 25:61] dan psikologi [13:28] ditafsirkan secara
serasi dengan temuan-temuan modern.
Al-Qur’an
juga menyebutkan ukuran waktu dalam isyaratnya mengenai penciptaan [22:47].
Al-Qur’an menyatakan bahwa penciptaan itu berlangsung selama enam hari, dan
kata ‘hari’ telah diinterpretasikan secara literal bukan sebagai waktu dua
puluh empat jam, tetapi sebagai periode atau tahapan waktu untuk menyempurnakan
ciptaan [32:5]. Jadi, Al-Qur’an tidak bisa disamakan dengan Bibel dalam adu
argumentasi mengenai bukti-bukti ilmiah dan kronologi.
Awal
penciptaan dituturkan di dalam Al-Qur’an seara logis dan tegas, dengan
menyatakan banyak fakta dalam penciptaan. Namun, seseorang yang membandingkan
penjelasan tentang awal penciptaan seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan
seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian itu akan dengan mudah menyimpulkan
bahwa kedua buku memiliki sumber yang sama namun Al-Qur’an menjelaskannya
secara logis dan ilmiah.
Setelah
membaca ayat-ayat berikut yang menjelaskan tahapan penciptaan manusia dalam
Al-Qur’an, kami dapat menarik kesimpulan tentang Teori penciptaan dalam Islam.
"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari kiamat" (Al-Mu’minun: 12-16)
Jadi,
Al-Qur’an menolak teori Evolutionary Creationism (penciptaan dengan cara
evolusi). Sebaliknya, kami dapat menemukan berbagai konstruksi dari sel-sel
binatang dan manusia.
Dari
ayat-ayat tersebut, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
-Adam diciptakan dari tanah liat secara langsung, atau secara tidak langsung
dari bahan dasar lumpur yang dikembangkan melalui mekanisme evolusi yang
terarah. Sebelum berubah menjadi manusia, Adam menerima hembusan ruh dari Allah
nafas yang memberinya kemampuan kemampuan untuk belajar dan potensi untuk
mengenali.
-Hawa diciptakan dari sel atau tulang Adam. Penciptaan tersebut memberi
penjelasan yang masuk akal mengenai kesamaan antara peta genetik dan jumlah
chromosom pada kedua Adam dan Hawa.
Prosedur
penciptaan tersebut sebagaimana didedikasikan di dalam Al-Qur’an bukan
merupakan mitos atau dogma. Sebaliknya, yang merupakan mitos adalah anggapan
bahwa Adam sebagai manusia yang berjalan dengan dua kaki dan mampu mengenali
alam semesta itu berasal kera yang tidak memiliki kesadaran atau kuda yang
berjalan di atas empat kaki dan tidak bisa menalar apapun.
Dalam
teori penciptaan dalam Islam, ALLAH menentukan peran bagi Hawa, seorang
perempuan diciptakan dari laki-laki, yang ditugaskan di Al-Qur’an dengan
ayat-ayat berikut:
"Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir"
(Ar-Rum: 21)
ALLAH
juga berfirman, "ALLAH menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?" (An-Nahl: 72)
Menurut
ayat-ayat ini, teori penciptaan menurut Islam itu mencakup hal-hal berikut:
-ALLAH
menganugerahi Adam isteri dengan sifat-sifat tertentu untuk tujuan kasih sayang
dan rahmat.
-ALLAH
memberi Hawa fitur reproduksi untuk memberikan anak laki-laki dan perempuan.
-Sesuai
kehendak ALLAH, Adam dan Hawa merupakan bagian dari bangunan masyarakat yang
lengkap, yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, dan seterusnya.
Anggapan
bahwa mutasi genetik dapat mereformasi peta genetik seorang laki-laki dan
mengadakan pasangan untuknya dengan sifat-sifat yang berbeda meskipun dengan
peta genetik yang sama adalah mitos!
Menurut
teori penciptaan dalam Islam, seperti yang telah dinyatakan, peran Tuhan lebih
dari dari sekedar menciptakan manusia. Dalam menjawab pertanyaan berikut ini
yang disebut secara berturut-turut di salah satu dari surat, kita dapat
mendefinisikan peran rahmat-Nya:
"Kami telah menciptakan kamu,
maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?" (Al-Waqi’ah: 57)
"Maka terangkanlah kepadaku
tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami kah
yang menciptakannya?" (Al-Waqi’ah: 58-59)
"Bahkan kami menjadi orang yang
tidak mendapat hasil apa-apa. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu
minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau
Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak
bersyukur?"
(Al-Waqi’ah: 67-70)
"Maka terangkanlah kepadaku
tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan kayu). Kamukah yang
menjadikan kayu itu atau Kami-kah yang menjadikannya?"
(Al-Waqi’ah:
71-72)
Menurut
ayat-ayat tersebut, teori penciptaan dalam Islam mencakup:
-ALLAH
menentukan desain fitur-fitur manusia dalam air sperma yang dipancarkan manusia
dengan DNA yang spesifik, peta genetika atau jumlah chromosom bersama antara
pasangan perkawinan, laki-laki dan perempuan.
-ALLAH
menjaga sumber kelangsungan kehidupan makhluk-Nya. Karena itu, Allah mengatur
kerajaan tumbuhan sebagai makhluk otonom yang menyediakan makanan yang
diperlukan untuk kerajaan manusia.
-ALLAH
mengatur siklus untuk menghasilkan air tawar untuk minuman manusia dan
pengairan tanaman yang mereka makan.
-ALLAH
mengelola pasokan energi untuk makhluk-Nya demgam proses fotosintesis yang
ajaib, yang menyimpan energi dari matahari menjadi buah yang dapat dimakan.
Sebagaimana
teori evolusi nihil logika kehidupan evolusi, Biogenesis juga gagal dalam
mengasumsi awal mula kehidupan dalam zat kimia dengan regenerasi imajiner
spontan. Dalam Al-Qur’an, ALLAH menyatakan bahwa Dia adalah Pencipta kehidupan
dan kematian:
"Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (Al-Mulk: 2)
Teori
Penciptaan dalam Islam mengenai peran Pencipta sebagai Pencipta unsur
kehidupan. Unsur seperti itu tidak diketahui sampai sekarang oleh manusia. Jiwa
ditiupkan ke dalam Adam dan juga ditiupkan ke dalam setiap manusia. Hal ini
menjadi rahasia ALLAH semata, tidak seorang pun bisa mendefinisikannya,
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:
"Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit" (Al-Isra’: 85)
Ayat
berikut juga menjelaskan peran lain ALLAH dalam teori penciptaan dalam Islam:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan
kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para
malaikat: ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’; maka mereka pun bersujud kecuali
iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud"
(Al-A’raf:
11)
Jadi,
ALLAH dalam teori Penciptaan dalam Islam tidak hanya membuat badan kita hidup,
tetapi ia juga membentuk rupa kita agar terlihat seperti rupa manusia. Jadi,
ALLAH memiliki nama lain dalam Al-Qur'an selain al-Khaliq (Pencipta), yaitu
Al-Mushawwir (Yang Membentuk Rupa).
ALLAH berfirman, "Dia-lah ALLAH
Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al-Hasyr: 24)