Oleh: A Riawan Amin
Ibarat panggung sandiwara, manusia
lahir ke dunia (naik panggung) dan meninggalkan dunia (turun panggung) dalam
waktu yang sangat singkat.
Sebagaimana panggung sandiwara,
kehidupan dunia bukanlah kehidupan sesungguhnya. Akhiratlah (setelah turun
panggung) kehidupan yang sesungguhnya.
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda
gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang
sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui”
(Al
Qur’an | al-Ankabut [29]:64)
Karena itu, kerugianlah bagi
orang-orang yang salah persepsi, yakni bersungguh-sungguh dalam permainan dunia
dan bermain-main (tidak serius) dalam mempersiapkan akhiratnya. Dunia harusnya
bisa menjadi penting, terutama dalam konteks mengumpulkan bekal pulang menuju
akhirat. Selebihnya dunia tidak ada artinya dan tidak perlu dilebih-lebihkan.
Seperti panggung sandiwara,
kehidupan dunia ada sutradaranya dan ada bintangnya. Kita semua adalah bintang
sandiwara dunia. Namun, ALLAH lah Sang Mahasutradara dan penyebab yang
sesungguhnya.
Walau hanya permainan dan senda
gurau, sang bintang tidak boleh lalai dari skenario yang ada. Berimprovisasi
dan merespons reaksi penonton sah-sah saja asal tak berlebihan dan melenceng
dari naskah.
Sebagaimana sandiwara, apa yang
terjadi di dunia bukanlah sesuatu yang harus terlalu diseriusi atau
dilebih-lebihkan. Jika ada yang memberi kesenangan, dia tidak benar-benar
memberi kesenangan. Jika ada yang memberi kesusahan, dia tidak benar-benar
memberi kesusahan.
Akankah kita marah kepada mitra
sandiwara yang pura-pura memukul kita? Akankah kita membenci mitra sandiwara
yang tidak mengembalikan uang kita? Tentu tidak. Semua itu sekadar panggung
sandiwara.
“Tidak ada suatu musibah yang
menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah
Mahamengetahui segala sesuatu”
(Al
Qur’an | at-Taghabun [64]: 11)
Izin ALLAH lah yang memungkinkan
kesulitan dan kesenangan datang melalui seseorang atau kejadian. Akankah kita
marah kepada ALLAH karena kesulitan-kesulitan kita? Tentunya tidak.
Akankah kita marah kepada orang
ataupun keadaan yang menyulitkan kita? Sulit menjawabnya. Karena kita sudah
terlatih dalam sandiwara dunia. Sandiwara yang melatih kita membesarkan dan
melebih-lebihkan dunia serta isi dan kejadiannya. Jika kita tidak berani marah
kepada ALLAH, seharusnya tidak juga perlu kebakaran jenggot atas kejadian
maupun orang yang menyalahi kita.
Yang paling penting adalah selalu
meningkatkan iman, agar ALLAH memberi petunjuk kepada hati-hati kita. Dan ALLAH
itu Mahaluas serta Mahamengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia” (Al Qur’an | Ali Imran [3]:191).
Wallahu a'lam..