“Aesthetics is not relative.. Aesthetics is
Absolute (vertIcal) & Holistic (zerO)”
Estetika/Keindahan tidak identik dengan
kemewahan. Estetika juga melekat pada kesederhanaan..
Estetika memiliki defenisi menyeluruh (holistic)
yang memiliki unsur balance (seimbang/selaras/harmoni), irama (rhythm), dll
yang bisa melekat pada ‘objek’ maupun ‘sifat’..
Sifat jujur, rendah hati (humble/zero), punya rasa
malu, dll adalah contoh estetika yang melekat pada sifat..
Pemandangan alam yang indah, rupawan atau cantik,
karya seni yang indah, kaligrafi, dll
adalah contoh estetika yang melekat pada objek..
Pertanyaan mendasarnya adalah: Mengapa naluri
manusia menyukai keindahan? Jawabannya sederhana, karena naluri manusia ingin
dekat dengan Tuhan..Tuhan lah sebagai Keindahan (Absolute) itu sendiri
Ayat-ayat Al Qur’an dengan ‘balance’, ‘komposisi’
(composition), ‘pola’, ‘irama’, dll yang indah, membaca ayat-ayat Al Qur’an
dengan ‘irama’ (rhythm/ritme) suara yang indah, adzan (panggilan ber’irama’
indah untuk sholat) dan seni kaligrafi dengan ‘pola’ (pattern) & ‘irama’
bentuk yang indah pada Mesjid adalah estetika/keindahan untuk Keindahan itu
sendiri: Dzat Yang Maha Indah..
Selama kita hanya melihat estetika itu relatif,
kita akan kesulitan sampai ke essensinya..karena essensi estetika itu sama
sekali tidak relatif..
Islam melihat keindahan sebagai sesuatu yang
penting, karena terkait aspek penilaian baik dan buruk yang merupakan kajian Agama
(Kebenaran), sehingga Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan: “Sesungguhnya
ALLLAH Maha Indah dan menyukai keindahan”
Jadi, Agama dan filsafat ilmu mempunyai
keterkaitan (linked-system) satu sama lain. Filsafat Ilmu bertujuan
sekurang-kurangnya berhubungan dengan hal yang sama yaitu tentang Kebenaran..