ALLAH
SWT menghantar makhluk yang paling mulia diatas permukaan bumi ini Nabi
Muhammad saw untuk kerja dakwah. Manusia yang paling mulia untuk kerja yang
paling mulia yaitu dakwah.
1.
ALLAH SWT buat Dakwah
ALLAH
SWT perintahkan kita shalat, puasa, zakat dan haji tetapi ALLAH SWT tidak
mengerjakan itu semua. Tetapi ALLAH SWT perintahkan kita dakwah, ALLAH SWT juga
buat Dakwah.
ALLAH
SWT berfirman :
“ALLAH
menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)” (QS. Yunus 25)
ALLAH
SWT langsung menyeru (dakwah) kepada manusia ke Darussalam.
Jadi,
dakwah ini adalah kerjanya ALLAH SWT
2.
Nabi Muhammad saw buat dakwah
ALLAH
SWT berfirman :
Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS Al Jumu'ah 2)
3.
Semua para Nabi dan Rasul buat dakwah
ALLAH
SWT berfirman :
Dan
andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri
seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti
orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad
yang besar. (QS. Al Furqaan 51-52)
4.
Ummat akhir zaman buat dakwah
ALLAH
SWT berfirman :
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali
'Imran 110)
ALLAH
SWT muliakan ummat akhir zaman dengan dakwah. Padahal dakwah ini adalah
kerjanya Allah SWT, Kerjanya Nabi Muhammad SAW, kerjanya para nabi. Jadi, kalau
kita ingin dikatakan ummat yang terbaik “Harus buat dakwah”
ALLAH
SWT pun tidak pernah katakan kalau kamu shalat, puasa, haji maka kamu akan
menjadi ummat yang terbaik. Tetapi Allah SWT mengatakan kalau kita buat dakwah,
maka kita akan dikatakan ummat yang terbaik. Jangan pernah mengaku ummat yang
terbaik kalau belum dakwah.
ALLAH
SWT berfirman :
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada ALLAH,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat 33)
ALLAH
SWT didalam ayat ini menantang kita, Siapakah yang lebih baik..?
Maknanya,
tidak ada lagi amalan yang paling baik diatas permukaan bumi ini selain
“Dakwah”. Jadi, amalan, perkataan yang paling baik itu adalah “Dakwah”.
ALLAH
SWT berfirman :
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada ALLAH dengan hujjah yang nyata, Maha Suci ALLAH, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf 108)
Didalam
ayat ini dikatakan sabili (Jalan) ini tunggal maknanya tidak ada lagi jalan yang
lain. Selain mengajak kepada ALLAH (Dakwah). Kalau kita masih mencoba jalan
lain untuk sampai kepada ALLAH SWT, sampai kapan pun kita tidak akan pernah
sampai. Selain jalan Dakwah.
Umar
berkata : Rasulullah, Abu Bakar dan Aku seperti 3 orang musafir. Aku pastikan
Rasulullah sudah sampai ketujuannya. Abu Bakar pun berjalan dijalan yang sama
dan aku juga pastikan Abu Bakar sampai ketujuaannya. Aku pun berjalan dijalan
yang sama dan semoga berjumpa juga dengan Rasulullah dan Abu Bakar.
Apa
nama jalannya “Ada’u Ilallah” Jalan Dakwah. Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar telah
menempuh jalan ini dan selamat sampai ke tujuan. Kalaulah kita juga menempuh
jalan yang sama maka kita pun akan sampai ketujuan.
Didalam
ayat ini dikatakan lagi : “Ana Wamattaba’ani” aku dan orang-orang yang
mengikutiku. Kalau kita mengaku pengikut Nabi SAW harus buat dakwah. Yang
dipertanyakan kalau kita tidak buat dakwah kita ini ummat siapa...?
Inilah
yang kita minta setiap hari minimal 17 kali. “Ih dinas siraatal mustaqeem”.
Jalan yang lurus. Apa jalan yang lurus itu...? Jalan dakwah
Jadi,
hanya ada satu jalan untuk berjumpa dengan ALLAH yaitu jalan dakwah.
Dari
Anas r.a berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sepagi atau sepetang di
jalan Allah adalah lebih baik dari dunia dan segala isinya (Hr. Bukhari)
Kalau
kita buat dakwah pagi atau petang, siang atau malam, maka akan diberi yang
lebih baik dari dunia dan segala isinya. Maksud dunia dan segala isinya bukan
benda-benda keduniaan. Emas, permata, gedung yang tinggi, gunung, lautan dsb,
Bukan itu. Dunia dan segala isinya itu adalah andaikan semua amalan wali-wali
dan manusia yang ada dipermukaan bumi ini dikumpulkan menjadi satu, maka lebih
baik lagi pagi atau petang dijalan ALLAH. Lebih baik lagi dari pada Mekkah,
Madinah, Ka’bah, mesjid-mesjid yang ada dipermukaan bumi ini dan tempat-tempat
mulia yang lainnya maka itu lebih baik lagi pagi atau petang dijalan ALLAH.
Dakwah
ini adalah kerja ALLAH SWT
Dakwah
ini adalah kerja Nabi Muhammad SAW
Dakwah
ini adalah kerja para Nabi dan Rasul
Dakwah
ini adalah kerja ummat akhir zaman
Dakwah
ini adalah syarat menjadi ummat yang terbaik
Dakwah
ini adalah amalan yang paling baik
Dakwah
ini adalah perkataan yang paling baik
Dakwah
ini adalah satu-satunya jalan menuju Allah
Dakwah
ini adalah lebih baik dari pada dunia beserta isinya
Inilah
kemuliaan dakwah, kalau kita dakwah maka kita pun akan mulia disisi ALLAH SWT.
Berdakwah Di Jalan ALLAH
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang mengajak (taat) kepada ALLAH dan beramal saleh, dan mereka
berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim)” (QS
al-Hujurat [49]: 33)
Dakwah Rasulullah saw
Dakwah
menjadi sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah sepi dari rintangan dan
cobaan. Salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasulullah saw adalah kekuatan
ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada ALLAH SWT.
Kedekatan dan keterikatan kepada-Nya secara nyata dibangun oleh Rasulullah saw
lewat ibadah, terutama ibadah spesial yakni shalat Tahajud. Ternyata, jejak
langkah Rasulullah saw yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat
dan pengikut pada masanya. Sejarah mencatat, para ulama, para dai, dan shalafussholeh
merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasulullah saw dalam
melaksanakan Tahajud.
Rasulullah
saw bersabda, “Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud) karena
ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian” (HR Tirmidzi).
Rasulullah
saw tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki
beliau sampai bengkak saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti,
Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah. Selain itu,
Tahajud dapat mendorong para dai meningkatkan produktivitas kinerja dakwah.
Rasulullah
saw bersabda, “Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian
ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata,
‘Malam masih panjang maka tidurlah.’ Jika orang tadi bangun, lalu berzikir
kepada ALLAH SWT, terlepas satu ikatan, jika ia berwudhu, terlepas satu ikatan
yang lainnya, dan jika ia melaksanakan shalat, terlepas semua ikatannya.
Pada
akhirnya, ia akan menjadi segar (semangat dakwah) dengan jiwa yang bersih, jika
tidak, ia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas” (HR
Bukhari). Untuk mengawal keberlangsungan dakwah, tidak ada kata lain kecuali
terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat
(umat). Sebagai pengokohan energi keimanan, menjaga produktivitas kinerja
dakwah, dan mengharap pertolongan ALLAH maka tidak ada kata lain kecuali
istiqamah dalam Tahajud sebagai bekal dakwah.
Di
jalan ini, Nuh menangis.
Di
jalan ini, Ibrahim dibakar.
Di
jalan ini, para Nabi diburu, dilukai kejam.
Musa
dan Isa. Zakariya dan Yahya.
Belum
lagi Nabi kita, Muhammad Saw.
Yang
diludahi, yang diusir, yang dimaki.
Yang
dituding gila. Yang diperangi.
Yang
diancam dan hendak dibunuh berkali-kali.
Sebenarnya,
tak ada jaminan kau akan bersenang-senang didalam Dakwah.
Sebab
sunatullahnya memang begitu. Dijelaskan berkali-kali.
Semua
serba berat. Serba susah. Serba kuras, rasa, fikir dan jiwa.
Tapi
dimata ALLAH. Semua ada harganya. Yang berjuang dan yang tidak itu banyak
bedanya.
“Ikutilah
orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (Q Yaasiin 36:21)
Amar Ma'ruf Nahi
Mungkar
Amar
ma'ruf nahi mungkar adalah kewajiban agama terbesar seteah kewajiban iman
kepada ALLAH Ta'ala. Sebab, ALLAH Ta'ala menyebutkannya dalam Al-Qur'an
bersanding dengan iman kepada-Nya. ALLAH Ta'ala berfirman, "Kalian umat
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada ALLAH." (Ali Imran: 110)
Perintah
ALLAH Ta'ala kepada muslimin untuk melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dalam
firman-Nya, "Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung" (Ali Imran: 104)
“Dan
laki-laki beriman dan wanita-wanita beriman sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada ALLAH dan
Rasul-Nya” (At-Taubah: 71)
“Barang
siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan tangannya, hendaklah ia
mengubahnya dengan lisannya. Jika tidak bisa melakukannya dengan lisannya,
hendaklah ia melakukan dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah" (HR
Muslim)