Renungan Fajar



Coba renungkan ini. Jika seandainya ada seorang kaya raya berjanji akan memberi anda uang setiap hari pukul lima pagi sebesar satu juta rupiah jika anda datang tepat waktu ke rumahnya, apakah anda akan mendatanginya? Apakah anda akan beralasan bahwa anda tidur terlambat, atau karena anda kelelahan sehingga anda tidak bisa datang tepat waktu?

Coba bayangkan kalau anda benar-benar datang padanya tepat waktu dan mendapatkan satu juta rupiah setiap hari, dan anda akan melakukan ini terus menerus satu tahun penuh maka anda akan mendapatkan 365 juta rupiah bukan?

Kemudian bayangkan setelah satu tahun, datang ajal menjemput Anda. Bayangkan anda dibawa dengan keranda menuju liang lahat. Coba pikirkan bila anda berada pada posisi ini. Silakan jawab pertanyaan ini dengan jujur :

“Apakah Anda senang masuk liang lahat dengan membawa uang 365 juta dan anda tidak melaksanakan shalat shubuh walau sekalipun? Ataukah lebih utama bila anda masuk liang lahat dengan membawa 365 shalat shubuh, dan anda tidak membawa uang walau serupiahpun?”
Betapa manusia begitu bersemangatnya bangun untuk mengumpulkan harta tapi mereka tidak bangun untuk mengumpulkan kebaikan.. Apakah ia ragu akan datangnya kematian? Atau ragu akan datangnya hari pembalasan akhirat?

ALLAH akan memasukkan hamba-Nya ke dalam syurga dengan rahmat-Nya, dan syurga adalah puncak dari rahmat-Nya. ALLAH akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (syurga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya ALLAH SWT memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan ALLAH SWT menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat” (Muttafaqun ‘alaih)

Maka, sejatinya nikmat syurga itu jauh dari apa yang dibayangkan manusia. Rasulullah SAW bersabda: “ALLAH SWT berkata, “Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun ‘alaih)

Apakah akan kita hanya berpuas diri dengan mengejar satu rahmat ALLAH yang dibagi-bagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat yang tersisa? Semoga kita termasuk dari sedikit orang yang berpikir. Aamiin..