Rasulullah
SAW dan para sahabat menyambut bulan Ramadhan dengan penuh sukacita. Dalam
pidato menyambut datangnya bulan Ramadhan,
Rasulullah
SAW bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan agung (syahrun 'azhim), bulan
kebajikan (syahrun mubarak), dan bulan yang di dalamnya ada malam yang lebih
baik dari seribu bulan.” (HR Ibn Khuzaimah dari Salman).
Ramadhan
tak pelak lagi merupakan anugerah dan rahmat dari ALLAH SWT (fadhlun min ALLAH
wa rahmatuh). Sebagai anugerah dan rahmat, kita mensyukurinya. Bersyukur
menyambut datangnya bulan Ramadhan dilakukan dengan empat hal.
Pertama,
senang dan gembira karena datangnya rahmat ALLAH. Bagi orang Muslim, kegembiraan
itu tak melulu karena adanya nikmat fisik atau kesenangan duniawi, tetapi lebih
dari itu, justru karena adanya kenikmatan rohani (spiritual).
Firman
ALLAH, Katakanlah: "Dengan kurnia ALLAH dan rahmat-Nya, hendaklah dengan
itu mereka bergembira. Kurnia ALLAH dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan." (QS Yunus [10]: 58).
Kedua,
mempertinggi ibadah dan amal sholeh. Seperti diterangkan dalam hadis di atas,
kita diperintahkan puasa pada siang hari sebagai kewajiban dan shalat malam,
yaitu shalat Tarawih, pada malam hari, sebagai anjuran (sunah).
Selain
itu, kita disuruh banyak membaca Alquran, berzikir, dan istighfar, memohon
petunjuk dan ampunan dari ALLAH SWT. Ketiga, berbagi dengan sedia membantu
fakir miskin dan orang tak mampu.
Rasulullah
SAW adalah manusia paling dermawan (ajwad al-nas), terlebih lagi pada bulan
Ramadhan. Pada bulan ini, beliau berlari kencang dalam kebajikan, lebih kencang
dari angin barat. (HR. Bukhari dari Ibn Abbas).
Memberi
makan dan minum (buka) kepada orang yang puasa merupakan salah satu bentuk dari
berbagi. Nabi SAW menyebut pahala memberi buka kepada orang puasa, sama dengan
pahala puasa itu sendiri, tak berkurang sedikit pun. (HR. Ahmad dari Khalid
al-Juhani).
Bahkan,
orang yang menyediakan segelas air putih (apalagi segelas susu) bagi orang
puasa, ALLAH SWT memberinya minum dari telaga surga yang siapa meminumnya, ia
tak pernah haus selama-lamanya. (HR. Baihaqi dari Salman).
Keempat,
berdoa, memohon petunjuk dan ampunan dari ALLAH SWT. Di bulan suci ini, kita
diperintahkan banyak berdoa, karena ALLAH berkenan mendengar dan menerimanya.
Perhatikan
ayat ini: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).
Inilah
hal yang perlu dilakukan sebagai syukur kepada ALLAH di bulan baik ini. Syukur,
seperti dijanjikan, membawa dan mendatangkan kebaikan (nikmat) lebih besar bila
kita melakukannya dengan benar. (QS Ibrahim [14]: 7)
Syukur
yang benar meminta kita tak hanya pandai menerima nikmat ALLAH, tetapi mampu
memperbaharui dan mengembangkannya. Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk
mendidik dan melatih kita menjadi hamba-hamba yang penuh syukur kepada-Nya.
Menyambut Ramadhan
bentuk pengagungan syiar-syiar ALLAH
“Demikianlah
(perintah ALLAH). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar ALLAH, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Haj [22]: 32). Ada banyak
alasan kaum Muslimin mesti bersuka-cita menyambut Ramadhan.
Pertama,
Ramadhan adalah bulan dilipatgandakannya pahala. Rasulullah bersabda, ”Semua
amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya), satu kebaikan dibalas
dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.”
ALLAH
SWT berfirman, ”Kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, dan Aku yang akan
langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena
Aku.” (HR Muslim).
Kedua,
disiapkan Surga Arrayyan bagi yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda,
”Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang disebut Arrayyan, yang pada hari
kiamat nanti hanya akan dimasuki oleh orang-orang yang terbiasa berpuasa. Tidak
satupun selain mereka yang memasukinya. Jika mereka (orang-orang yang terbiasa
berpuasa) telah masukinya, pintu itu akan ditutup. Sedangkan siapa saja yang
telah masuk melaluinya, ia pasti minum. Barangsiapa yang minum ia pasti tidak
akan merasakan haus selamanya.” (HR
Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Tirmidzi).
Ketiga,
selama Ramadhan pintu surga dibuka lebar-lebar. Pintu neraka ditutup
rapat-rapat dan setan dibelenggu sehingga orang yang berpuasa dapat leluasa
berburu kebajikan di dalamnya.
Rasulullah
SAW bersabda, ”Telah tiba kepada kalian bulan penuh berkah. ALLAH SWT
mewajibkan kalian berpuasa di bulan ini. Pada bulan itu pintu-pintu surga
dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu
ada satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang
terhalangi untuk mendapatkan kebaikannya, sungguh ia telah dihalangi
(benar-benar tidak akan mendapatkannya).” (HR Nasa’i).
Keempat,
doa orang berpuasa mudah dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, ”Tiga macam doa
yang pasti dikabulkan yakni doa orang yang berpuasa, doa orang yang dizalimi,
dan doa orang yang musafir.”
Kelima,
diampuninya dosa orang yang berpuasa. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa
Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari ALLAH, niscaya Dia mengampuni
dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari Muslim).
Keenam,
pada bulan Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu suatu malam yang
nilainya lebih baik daripada seribu bulan. (QS Al-Qadr [97]: 1-3). Semoga kita
termasuk orang-orang yang diberi kesempatan bertemu Ramadhan dan dapat
menyambutkannya dengan penuh suka cita.
Puasa
Berpuasa
menjadi bagian dari perintah agama. Ketua Centre for Neuroscience, Health, and
Spirituality (C-NET) Doktor Taufiq Pasiak mengatakan bahwa puasa menjadi
latihan mental yang berkaitan dengan sifat otak, yakni neuroplastisitas.
“Sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang
baru, salah satunya karena latihan mental yang terus-menerus,” kata Taufik.
Bahasa
awamnya, kata dia, apabila seseorang
melakukan perbuatan baik secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah sel saraf itu minimal 21 hari. Menurut
Taufik, puasa adalah latihan mental yang menggunakan perantara latihan menahan
kebutuhan fisik.
Selain
membentuk struktur otak baru, Taufik menjelaskan bahwa puasa merelaksasi sistem
saraf, terutama otak. Tetapi ada perbedaan mendasar antara relaksasi sistem
pencernaan dan sistem saraf. Selama puasa, sistem pencernaan benar-benar
beristirahat selama sekitar 14 jam, sementara di dalam otak orang yang berpuasa
justru terjadi pengelolaan informasi yang banyak.
Contohnya,
kata dia, otak dapat mengingat dengan baik di saat tenang dan rileks. Ketika
tidur, biasanya orang bermimpi. Kenapa? Karena di waktu ini otak hanya menerima
dan mengelola informasi yang berasal dari dalam dirinya. Di dalam Al-Quran,
menurut Taufik, ada istilah an-nafsul-muthmainah (jiwa yang tenang) karena
memang dalam suasana tenang orang dapat berpikir dengan baik dan memiliki
kepekaan hati yang tajam. “Ketenangan membuat kita tidak reaktif menghadapi
permasalahan” katanya.
Luqman
Al-Hakim pernah menasihati anaknya, “Wahai anakku, apabila perut dipenuhi
makanan, maka gelaplah pikiran, bisulah lidah dari menuturkan hikmah
(kebijaksanaan), dan malaslah segala anggota badan untuk beribadah”
Otak
terdiri atas triliunan sel yang terhubung satu dengan lainnya. Di dalamnya bisa
disimpan 1 miliar bit memori atau ingatan. Ini sama dengan informasi dari 500
set ensiklopedia lengkap.
Di
dalam otak, ada sel yang disebut sebagai neuroglial cells. Fungsinya sebagai
pembersih otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit akan
‘dimakan’ oleh sel-sel neuroglial ini. Fisikawan Albert Einstein dikenal
sebagai orang yang suka berpuasa. Ketika mendonasikan tubuhnya, para ilmuwan
menemukan sel-sel neuroglial di dalam otak Einstein 73 persen lebih banyak
ketimbang orang kebanyakan.
Penelitian
Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan
pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak. Sebuah penelitian yang
dilakukan John Rately, seorang psikiater dari Universitas Harvard, Amerika
Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan
kinerja otak. Dengan alat functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), Rately
memantau kondisi otak mereka yang berpuasa dan yang tidak. Hasilnya, orang yang
shaum memiliki aktivitas motor korteks yang meningkat secara konsisten dan
signifikan.
Sahur Ala Rasulullah Saw
Baginda
Rasulullah SAW merupakan panutan bagi kita. Setiap kalamnya, perbuatannya, dan
gerak-geriknya patut kita contoh. Sehingga, mudah-mudahan menjadi keberkahan
bagi kita yang mengikutinya.
Bersahur
adalah anjuran Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan bahwa Rasul bersabda,
“Bersahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat
keberkahan.” (HR Bukhari Muslim).
Hadis
tersebut menunjukkan, seorang yang berpuasa diperintahkan untuk bersahur karena
di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak serta keberkahan yang agung, baik di
dunia maupun di akhirat.
Anjuran
ini dipertegas dalam hadis-hadis yang lain, di antaranya adalah Sabda
Rasulullah, “Pembeda antara puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makanan
sahur.”
Lalu,
adakah menu sahur yang dianjurkan Rasulullah? Ya, di antara menu yang
dianjurkan saat bersahur adalah memakan buah kurma.
Hal
ini sesuai dengan hadis Rasulullah, “Sahurnya orang Mukmin adalah buah kurma.”
(HR Abu Daud). Namun, untuk mendapatkan keberkahan sahur seperti dalam hadis di
atas, tidaklah harus dengan menu khusus.
Keberkahan
sahur dapat diraih dengan menu apa pun yang halal walaupun hanya dengan seteguk
air. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Makanan sahur merupakan makanan
yang berkah maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya seteguk air,
sesungguhnya ALLAH dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang
bersahur.” (HR Ahmad).
Selain
menu sahur, ada juga waktu sahur yang dianjurkan Rasulullah saw. Jika saat
berbuka puasa kita disunahkan mempercepat berbuka, maka saat bersahur kita
disunahkan untuk mengakhirkannya.
Adakah
ukuran waktu khusus yang dilakukan Rasulullah saat bersahur? Ya, sesuai dengan
hadis yang diriwayatkan al-Imam al-Bukhori, sahabat Nabi yang bernama Zaid bin
Tsabit pernah bersahur bersama Rasulullah dan melaksanakan shalat Subuh.
Setelah
itu, lalu Zaid ditanya, “Berapa lama jarak antara usai sahur dan shalat Subuh?”
Sayidina Zaid menjawab, “Seukuran membaca 50 ayat dari Alquran.” Kalau diukur
dengan bacaan Alquran yang sedang, kurang lebih 15 menit sebelum Subuh.
Hadis-hadis
di atas mengajarkan kepada kita bersahur ala Rasulullah. Semoga kita dapat
mengikuti sunah-sunah beliau sehingga kita termasuk orang yang mendapatkan
kehormatan di surga bersama beliau. Amin.