Beberapa
hari terakhir sebelum Rasulullah saw meninggal, Beliau bersabda, "Seorang
hamba oleh ALLAH disuruh memilih tinggal di dunia ini atau disisi-Nya, maka ia
memilih berada di sisi ALLAH". Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud oleh
Nabi adalah dirinya. Ia tak dapat menahan air mata dan menangis.
Sudah
cukup diketahui, bahwa ketika Abu Bakar masuk Islam, beliau kaya raya, hartanya
tak kurang dari 40 ribu dirham dari simpanan hasil perdagangan. Tetapi setelah
hijrah ke madinah 10 tahun kemudian, hartanya tinggal 5 ribu dirham, semua
hartanya habis untuk kepentingan dakwah, menebus orang-orang lemah dan budak yang
masuk Islam. Pernah juga beliau menyumbangkan seluruh hartanya tanpa menyisakan
untuk keluarganya, untuk digunakan dalam perang tabuk dan memasrahkan kebutuhan
keluarganya kepada ALLAH.
Umar
bin Khattab berkisah. Saat berkecamuk perang Tabuk, Rasulullah saw
memerintahkan kami untuk mendermakan harta. Kebetulan aku memiliki harta, dan
aku bertekad untuk bisa melampaui kedermawanan Abu Bakar. Maka, aku datang
kepada Rasulullah Saw untuk menginfakkan separuh dari harta milikku.
“Apakah
engkau menyisakan harta untuk keluargamu?”
“Ya,
wahai Nabi Allah”
Tidak
lama berselang. Abu Bakar datang membawa hartanya.
“Wahai
Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”
“Aku
hanya sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka” jawab Abu Bakar.
Disaat
akhir hayatnya, Abu Bakar wafat tanpa meninggalkan harta barang satu dinar atau
satu dirham pun, selain seorang budak yang mengurus anak-anaknya dan seekor
hewan yang mengairi kebunnya, disamping selembar permadani seharga lima dirham.
Padahal beliau saat itu adalah raja arab yang menggantikan Rasulullah saw. (Abu
Bakar As-Siddiq, 2009)
Ketika
seorang muslim memutuskan untuk berada disisi ALLAH, maka harta dunia sudah
tidak ada artinya baginya..