Tujuan Poligami Rasulullah


Adapun tentang poligami Rasulullah, maka seandainya prioritas Beliau adalah wanita dan menikmati mereka, maka pastilah Beliau telah melakukannya pada usia muda Beliau, di mana tidak ada beban kerasulan, tidak berat, dan tidak lemah karena usia tua, bahkan itu adalah masa kuatnya anak muda.

Hanya saja, saat kita melihat kepada kehidupan Beliau di usia muda, kita menemukan bahwa Beliau hidup membujang dari itu semua, hingga beliau rela menikah dengan seorang wanita tua Khadijah yang telah berusia 40 tahun sementara beliau kala itu berusia 25 tahun. Dan beliau terus merasa cukup dengan menyertai istri beliau tersebut hingga sang istri wafat dalam usia 65 tahun.

Seandainya Beliau suka menikah dengan yang lain maka tidak ada yang menghalangi Beliau secara syar’i, terutama lagi bahwa poligami adalah sesuatu yang dianggap biasa oleh masyarakat jahiliyah, akan tetapi Beliau rela hidup bersama istri Beliau hingga sang istri wafat..

Lalu, pada saat Beliau ingin menikah setelah wafatnya Khadijah, Beliau menikah dengan Saudah untuk menghibur hati dan kesepiannya setelah kematian suaminya. Dan kala itu, Saudah sudah berusia lanjut yang tidak mungkin lagi bagi seorang laki-laki menginginkan apa yang ada padanya. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki tujuan kemanusiaan, kemasyarakatan dan tujuan semacamnya dalam pernikahan Beliau..

Seandainya tujuan dari pernikahan tersebut adalah berjalan di balik syahwat, atau bersama dengan nafsu birahi, atau hanya sekedar menikmati kaum wanita, maka pastilah Beliau telah menikah pada usia muda, tidak pada usia tua. Pastilah Beliau akan menikahi gadis, bukan janda-janda tua. Lalu mengapa Beliau meninggalkan pernikahan dengan gadis-gadis perawan, lalu menikahi para janda? Lalu mengapa Beliau tidak berpoligami di awal-awal usia dan permulaan masa dewasa Beliau?

Rasulullah tidak berpoligami kecuali setelah Beliau mencapai usia tua, yaitu saat Beliau telah melewati usia 50 tahun. Dan pada saat Beliau berpoligami, maka seluruh istri Beliau adalah janda, kecuali ‘Aisyah yang perawan. Dialah satu-satunya wanita yang dinikahi Nabi dalam usia anak-anak. Yang kemudian ‘Aisyah hidup selama 50 tahun sepeninggal Beliau dengan mengajarkan perkara agama kepada kaum muslimin. Dia seperti pengajar wanita pertama dalam sejarah Islam. Inilah hikmah dari ALLAH, di mana Beliau menikahinya di usia dini untuk memudahkannya dalam menghafal dan memahami Islam..