Syurga ALLAH di dunia adalah dzikir.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat ALLAH lah hati menjadi tenteram” (AlQur’an 13:28)
Tidak ada aktivitas yang menenteramkan hati, melembutkan jiwa dan menyejukkan nurani selain ingat dan berdzikir kepada ALLAH.
Kewajiban kita menggemuruhkan kalimat-kalimat dzikir agung dalam detak jantung kita, mengkristalkannya dalam relung hati kita, melantunkannya lewat bibir-bibir kita, memekarkannya dalam perilaku kita dan menancapkannya dalam sujud-sujud kita.
Dzikir membawa jiwa terasa dekat dengan Sangat Maha Kasih, merasa teduh dalam naungan cinta Nya, hangat dalam dekapan kasih Nya.
Dzikir adalah ungkapan cinta kita kepada Sang Maha Pencinta yang harus diungkap. Karena cinta kita akan menarik cinta Nya, lantunan dzikir kita akan membangkitkan cinta Nya.
Tanpa dzikir mata hati semakin hitam legam, jiwa semakin gosong, hati kosong dan hampa, pandangan nurani gelap gulita tanpa cahaya.
Dzikir adalah penerang, dzikir adalah penenang.
Ketenangan bathin tersimpan dalam gema tasbih yang bertalu-talu, dalam denting tahmid yang mendayu-dayu, dalam tahlil yang menggebu-gebu dan dalam takbir yang bergelora menghangatkan jiwa.
Rasulullah saw bersabda: “Ucapan yang paling ALLAH sukai adalah empat: Subhanallah (tasbih), Alhamdulillah (tahmid), Laa Ilaaha Illallah (tahlil), Allahu Akbar (takbir)” (HR Muslim)
Dzikir melintasi semua zaman, hadir dalam detik-menit-jam-hari-minggu-bulan-tahun. Hidup ini kita maknai melalui tasbih, tahmid dan tahlil serta takbir yang tiada henti. Sampai mati.